Gemuk
tidak identik dengan sehat bahkan anak berisiko menderita obesitas.
Namun, jika anak Anda tampak kurus, patutkah Anda khawatir?Obesitas pada
anak memang menjadi masalah serius, tapi bagi sebagian lainnya, yang
menjadi masalah adalah kesulitan untuk menambah berat badan. Yang
memusingkan, batita Anda sudah makan cukup banyak namun berat badannya
tak kunjung bertambah. Kemanakah larinya sang makanan? Kepada Parents Indonesia,
Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, Guru Besar Pangan dan Gizi IPB memaparkan
pada Anda beberapa faktor yang mampu mempengaruhi tinggi rendahnya bobot
seorang anak dalam masa pertumbuhan.
Faktor 1: Genetik.
Jika seorang anak memiliki bakat kurus dan langsing dari ayah dan
ibunya, sebaiknya Anda tidak berharap bahwa ia akan montok dan bulat
seperti anak-anak sebayanya yang lain. “Selama berat badannya sesuai
dengan standar kesehatan yang dikeluarkan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan, para ibu sebaiknya tidak perlu khawatir mengapa anaknya tidak
gemuk-gemuk,” ujar Ali saat ditemui Parents.
Malahan jika faktor genetik dalam keluarga menunjukkan bakat gemuk
secara turun temurun, sebaiknya Anda tidak menerapkan pola asupan makan
yang membuat si kecil tidak berhenti makan. Melebihi dari harapan Anda
agar ia bisa tumbuh sehat dan montok, bisa-bisa ia mengalami obesitas.
Jika berlebihan, obesitas bisa menurunkan tingkat kecerdasan anak,
karena cenderung membuat anak menjadi malas beraktivitas.
Faktor 2: Pola aktivitas.
Ada masanya si kecil yang baru bisa berjalan terlihat antusias,
sehingga ia belum mau berhenti beraktivitas kecuali ia sudah merasa
sangat lelah, mengantuk atau lapar. Di masa tumbuh kembangnya juga ada
beberapa saat ketika ia lebih suka bermain dengan lincah dan penuh
energi. Jika asupan makanannya tidak sesuai dengan energi yang ia
keluarkan, maka bisa jadi ia terlihat kurus. Karena itu, takarlah
kebutuhan makanan dengan pola aktivitasnya sehari-hari agar tetap
seimbang.
Faktor 3: Cacingan.
Pola hidup sehari-hari yang tidak sehat bisa merusak nafsu makan si
kecil yang sudah baik. Misalnya kebiasaan makan makanan mentah yang
tidak dicuci sampai benar-benar bersih, bermain tanpa alas kaki atau
mengisap atau mengemut jari. Kebiasaan ini membuat anak berisiko
mengidap cacingan karena telur cacing dapat leluasa ke dalam tubuhnya
masuk lewat mulut. Kemudian, di dalam usus, cacing akan mengeluarkan
toksin yang bisa mengganggu metabolisme sehingga nafsu makan akan terus
merosot dan mempengaruhi bobot tubuh. Jika tidak segera ditangani,
cacing bisa mengakibatkan menurunnya tingkat kognisi dan kecerdasan pada
anak.
Faktor 4: Flek Paru/TBC
Penyakit TBC termasuk salah satu penyakit menyumbang angka kematian
terbesar di Indonesia. Gejala utama TBC pada anak umumnya hanya berupa
demam ringan namun berlangsung lama. Berat badan anak biasanya tak
bertambah karena kalori yang dipakai untuk menaikkan berat badan dipakai
untuk melawan bakteri TBC. Kemudian si kecil umumnya menjadi malas
makan sehingga menghambat bertambahnya berat badan.
Faktor 5. Pencernaan yang sempurna.
Anak baru bisa mengonsumsi makanan padat setelah sistem pencernaannya
memproses makanan dengan sempurna, yakni sekitar usia 4–6 bulan. Jika
terlalu cepat mengenalkan makanan padat, pencernaannya akan terganggu.
Meski makanan yang dilahapnya cukup banyak, feses yang dikeluarkannya
juga banyak karena sari makanan tidak mampu diserap secara sempurna oleh
ususnya. “Pada dasarnya, sistem enzim pencernaan sedang mulai
berkembang di saat bayi. Enzim yang belum siap 100% tidak mampu
mencerna makanan untuk umur yang lebih tua. Karena itu, pemberian
makanan yang disesuaikan dengan umur bayi menjadi sangat penting,” kata
Ali.
Tip Mendongkrak Nafsu Makan
Jika anak perlu menambah bobot tubuhnya, fokuskan pada makanan sehat
dibanding sekedar memberi kalori. Ini beberapa tip yang bisa dicoba:
Tambahkan makanan bernutrisi yang tinggi kalori seperti buah kering (dried fruit
seperti kismis) yang dicampur pada sereal, kacang-kacangan pada bubur
gandum atau salad, atau parutan keju dalam omelet. Buat sereal hangat,
coklat, dan pancake dengan menggunakan susu daripada air.
Beri camilan bergizi sebagai selingan diantara waktu makan, termasuk
saat menjelang tidur malam. Beberapa pilihan yang baik: roti bakar
gandum dengan selai kacang dan buah-buahan, satu iris daging turkey dan
keju yang digulung, atau smoothie yang diblender dengan yoghurt, susu, buah-buahan, dan sedikit madu.
Pastikan si kecil memiliki cukup waktu untuk menikmati makanannya dan jangan membuatnya merasa diburu-buru. Jika mungkin, hindari memberinya jadwal kegiatan mendekati waktu makan malam.
Isi gelas minum anak hanya setengah penuh saat dia makan, dan baru tambahkan air minumnya ketika anak sudah cukup makan.
No comments:
Post a Comment