Saturday, July 13, 2013

Bila Batita Terlalu Kurus

1
Gemuk tidak identik dengan sehat bahkan anak berisiko menderita obesitas. Namun, jika anak Anda tampak kurus, patutkah Anda khawatir?Obesitas pada anak memang menjadi masalah serius, tapi bagi sebagian lainnya, yang menjadi masalah adalah kesulitan untuk menambah berat badan. Yang memusingkan, batita Anda sudah makan cukup banyak namun berat badannya tak kunjung bertambah. Kemanakah larinya sang makanan? Kepada Parents Indonesia, Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, Guru Besar Pangan dan Gizi IPB memaparkan pada Anda beberapa faktor yang mampu mempengaruhi tinggi rendahnya bobot seorang anak dalam masa pertumbuhan.
Faktor 1: Genetik.
Jika seorang anak memiliki bakat kurus dan langsing dari ayah dan ibunya, sebaiknya Anda tidak berharap bahwa ia akan montok dan bulat seperti anak-anak sebayanya yang lain.  “Selama berat badannya sesuai dengan standar kesehatan yang dikeluarkan oleh WHO atau   Departemen Kesehatan, para ibu sebaiknya tidak perlu khawatir mengapa anaknya tidak gemuk-gemuk,” ujar Ali saat ditemui Parents.
Malahan jika faktor genetik dalam keluarga menunjukkan bakat gemuk secara turun temurun, sebaiknya Anda tidak menerapkan pola asupan makan yang membuat si kecil tidak berhenti makan. Melebihi dari harapan Anda agar ia bisa tumbuh sehat dan montok, bisa-bisa ia mengalami obesitas. Jika berlebihan, obesitas bisa menurunkan tingkat kecerdasan anak, karena cenderung membuat anak menjadi malas beraktivitas.
Faktor 2: Pola aktivitas.
Ada masanya si kecil yang baru bisa berjalan terlihat antusias, sehingga ia belum mau berhenti beraktivitas kecuali ia sudah merasa sangat lelah, mengantuk atau lapar. Di masa tumbuh kembangnya juga ada beberapa saat ketika ia lebih suka bermain dengan lincah dan penuh energi. Jika asupan makanannya tidak sesuai dengan energi yang ia keluarkan, maka bisa jadi ia terlihat kurus. Karena itu, takarlah kebutuhan makanan dengan pola aktivitasnya sehari-hari agar tetap seimbang.
Faktor 3: Cacingan.
Pola hidup sehari-hari yang tidak sehat bisa merusak nafsu  makan si kecil yang sudah baik. Misalnya kebiasaan makan makanan mentah yang tidak dicuci sampai benar-benar bersih, bermain tanpa alas kaki atau mengisap atau mengemut jari. Kebiasaan ini membuat anak berisiko mengidap cacingan karena telur cacing dapat leluasa ke dalam tubuhnya masuk lewat mulut. Kemudian, di dalam usus, cacing akan mengeluarkan toksin yang bisa mengganggu metabolisme sehingga nafsu makan akan terus merosot dan mempengaruhi bobot tubuh. Jika tidak segera ditangani, cacing bisa mengakibatkan menurunnya tingkat kognisi dan kecerdasan pada anak.
Faktor 4: Flek Paru/TBC
Penyakit TBC termasuk salah satu penyakit menyumbang angka kematian terbesar di Indonesia. Gejala utama TBC pada anak umumnya hanya berupa demam ringan namun berlangsung lama. Berat badan anak biasanya tak bertambah karena kalori yang dipakai untuk menaikkan berat badan dipakai untuk melawan bakteri TBC. Kemudian si kecil umumnya menjadi malas makan sehingga menghambat bertambahnya berat badan.
Faktor 5. Pencernaan yang sempurna.
Anak baru bisa mengonsumsi makanan padat setelah sistem pencernaannya memproses makanan dengan sempurna, yakni sekitar usia 4–6 bulan. Jika terlalu cepat mengenalkan makanan padat, pencernaannya akan terganggu. Meski makanan yang dilahapnya cukup banyak, feses yang dikeluarkannya juga banyak karena sari makanan tidak mampu diserap secara sempurna oleh ususnya. “Pada dasarnya, sistem enzim pencernaan sedang mulai berkembang di saat bayi.  Enzim yang belum siap 100% tidak mampu mencerna makanan untuk umur yang lebih tua.  Karena itu, pemberian makanan yang disesuaikan dengan umur  bayi menjadi sangat penting,” kata Ali.
Tip Mendongkrak Nafsu Makan
Jika anak perlu menambah bobot tubuhnya, fokuskan pada makanan sehat dibanding sekedar memberi kalori. Ini beberapa tip yang bisa dicoba:
Tambahkan makanan bernutrisi yang tinggi kalori seperti buah kering (dried fruit seperti kismis) yang dicampur pada sereal, kacang-kacangan pada bubur gandum atau salad, atau parutan keju dalam omelet. Buat sereal hangat, coklat, dan pancake dengan menggunakan susu daripada air.
Beri camilan bergizi sebagai selingan diantara waktu makan, termasuk saat menjelang tidur malam. Beberapa pilihan yang baik: roti bakar gandum dengan selai kacang dan buah-buahan, satu iris daging turkey dan keju yang digulung, atau smoothie yang diblender dengan yoghurt, susu, buah-buahan, dan sedikit madu.
Pastikan si kecil memiliki cukup waktu untuk menikmati makanannya dan jangan membuatnya merasa diburu-buru. Jika mungkin, hindari memberinya jadwal kegiatan mendekati waktu makan malam.
Isi gelas minum anak hanya setengah penuh saat dia makan, dan baru tambahkan air minumnya ketika anak sudah cukup makan.

No comments:

Post a Comment